Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan, Bappedalitbang Petakan Daya Saing Daerah

Saat ini, perekonomian domestik tidak bisa berdiri sendiri melainkan dipengaruhi juga oleh kondisi ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pernah mengalami perlambatan sebagai imbas dari kondisi ekonomi global. Hal tersebut ditandai dengan menurunnya harga komoditas dan berbaliknya arus modal, yang selanjutnya mampu menekan ekonomi Indonesia dan mengakibatkan struktur ekonomi menjadi tidak stabil. Meskipun telah digulirkan kebijakan fiskal dan moneter, namun karena daya topang ekonomi Indonesia tidak kuat maka dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi sangat rentan terhadap pengaruh eksternal. Sehingga dibutuhkan daya saing ekonomi yang dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pengembangan sektor unggulan daerah diyakini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dan menjadi salah satu solusi, karena daya saing suatu daerah sangat menentukan investasi. Secara konsep, daya saing menunjukkan kemampuan suatu daerah dibandingkan dengan daerah lain dalam menetapkan strategi yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Kepala Bappedalitbang Provinsi Bali, I Wayan Wiasthana Ika Putra saat membuka Bimbingan Teknis Penyusunan Indeks Daya Saing Daerah (IDSD), bertempat di Ruang Pucuk Bappedalitbang Provinsi Bali, Rabu, 12 Juni 2019 meyakini Bali memiliki potensi daya saing yang tinggi. Namun demikian penyediaan data dan informasi sebagai bahan pertimbangan kebijakan masih dirasakan kurang. Sehingga potensi-potensi yang seharusnya menjadi daya saing daerah belum dapat dipetakan. Untuk itu dengan Bimtek ini merupakan langkah menyusun indeks daya saing tersebut dengan berbagai indikator-indikatornya sehingga diharapkan kedepan akan mampu tersusun pemetaan daya saing daerah.

Sementara itu, Kepala Sub Direktorat Sistem Informasi dan Diseminasi Inovasi, Direktorat Sistem Inovasi, Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Amin menjelaskan, daya saing daerah diukur dalam Indeks Daya Saing Daerah (IDSD), dimana indeks ini digunakan sebagai bahan dalam perumusan, penetapan, evaluasi dan monitoring kebijakan, program dan kegiatan pembangunan daerah. IDSD juga sebagai komponen dalam merumuskan dan menetapkan model indeks daya saing nasional, merupakan alat dalam proses harmonisasi berbagai kebijakan dan program nasional.

Amin mengungkap, IDSD juga menjadi salah satu bobot penilaian IPTEK Inovasi pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang tahun ini akan dilaksanakan di Bali. Diharapkan sebagai tuan rumah mendapat nominasi dalam penganugerahan tersebut. Terdapat 86 indikator dalam penyusunan indeks tersebut, dengan empat aspek yaitu Aspek Penguat (Enabling Enviroment), Aspek Pasar (Market), Aspek Sumber Daya Manusia (Human Capital), dan Aspek Ekosistem Inovasi.

Ditekankan, daerah harus mencari dan mengenal potensi yang akan dikembangkan dan dapat berdampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat setempat. Apalagi dengan semakin terbukanya pasar bebas yang memungkinkan produk impor masuk ke daerah, tentunya usaha yang dilakukan daerah harus lebih nyata dan terukur.

Di bagian lain, Herie Saksono, Peneliti Madya Bidang Bisnis dan Manajemen, BPP Kemendagri menambahkan, dalam penyusunan indeks perlu dilaksanakan strategi. Yaitu, berkolaborasi dengan beberapa perguruan tinggi dan komunitas akademik. Melaksanakan Promosi Inovasi dan Pembentukan Innovation Hub (I-Hub) sebagai Simpul Inovasi. Selain itu dilakukan integrasi akses informasi dengan Rantai Persediaan dan Manajemen Logistik, Review dan Formulasi Kebijakan Berbasis Bukti dan Evidence-based Policy (EBP). (Krisna-Pranata Humas)

Leave a Reply